Selasa, 14 Juni 2011

Rahasia Memakai Jilbab


Setan dan Dajjalis (orang-orang yang telah tertutup hatinya dari kebenaran atau golongan yang berusaha menyambut kedatangan Dajjal) selalu bersiasat agar manusia memperselisihkan perkataan Tuhannya. Anjuran berjilbab, oleh sebagian ulama suu’ (ulama-ulama yang memutar-balikan ayat-ayat Allah dan menafsirkan hadits dengan nafsunya sendiri demi kepentingan komesial) hanya diangap persoalan khilafiyah (perbedaan pendapat). Yakni, sesuatu yang dapat diperdebatkan hokum kewajibannya. Padahal, tidak demikian seharusnya. Sebab, dalil mengenai keharusan berjilbab bersifat mutlak dan tidak dapat ditafsirkan berbeda. Berjilbab adalah wajib hukumnya bagi mislimah, kecuali bagi anak-anak da orang-orang usia lanjut. Allah SWT berfirman:
“Dan perempua-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tidak inggin kawin (lagi), tidaklah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Mahabijaksana.” (QS.An-Nur:60)
Sebenarnya, yang menjadi khilafiyah adalah masalah perdebatan mengenai pemakaian cadar dan sarung tangan bagi muslimah. Karenanya, tidak ada kewajiban bagi muslimah untuk mengenakan cadar dan sarung tangan. Akibat pembenaran yang dilakukan oleh ulama suu’ tersebut, banyak kaum perempuan dan laki-laki muslim diyakinkan oleh penganut Dajjalis bahwa hokum jilbab hanya sunah. Boleh dipakai, boleh juga tidak.
Oleh karena itu, banyak raja-raja di jazirah Arab, membiarkan permaisurinya tidak berjilbab dan mengenakan pakaian terbuka, sebagaimana pakaian yang dikenakan oleh kaum kafir. Selain itu, Setan menjadi tersenyum bahagia ketika mengetahui bahwa banyak istri dan anak perempuan para ulama, tetap membiarkan auratnya teruka. Dari merekalah, lahir pembenaran bahwa jilbab tidak wajib hukumnya.
Perlahan-lahan, mereka berusaha menghilangkan kewajiban tersebut. Terlebih, para pengikut ajaran setan, juga berhasil menjadikan aurat-aurat perempuan sebagai sarana untuk mencari kekayaan dengan mempertontonkannya. Akibatnya, semakin enganlah mereka menutupinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar