Selasa, 14 Juni 2011

Misi Tersembunyi Dajjal Di Balik Globalisasi


Kepada masyarakat dunia dikatakan bahwa dengan Globalisasi, mereka akan semekin banyak memiliki akses untuk menjual produk mereka. Pengusaha mereka, juga bebas mencaplok pengusaha manapun di dunia, seperti yang sudah dilakukan oleh golongan Dajjalis. Tapi tenti ada syaratnya. Negeri mereka harus membuka lebar pintu untuk kaum Dajjal dan membuang semua hambatan yang menyulitkan kaumnya.
Jika Dajjalis terkesan sembunyi-sembunyi menjajah mereka,tidak lama lagi semua akan dilakukan secara terang-terangan. Cita-cita satu pemerintahan dunia dibawah kendali Zionis, sudah membayang di pelupuk mata Dajjal dan Setan. Bagaimana tidak? Tidak mungkin bagi mereka yang sudah menundukkan hati kepada pesona Dajjal untuk memenangkan persaingan. Sebab, selama ini kaum Dajjal yang menguasai teknologi. Apakah kita berfikir mereka telah mengajarkan semuanya? Tidak! Selamanya mereka akan membuat kita tergantung kapada meeka.
Globalisasi hanya akan membuat rakyat di negeri-negeri miskin manjadi pasar manggiurkan bagi golongan Dajjal, sekaligus menjadi lahan produksi murah. Sebab, mereka dapat memeras habis keringat dan air mata rakyat untuk keuntungan kerajaan Dajjal. Anak-anak pun dijadikan budak –budak yang diayar dengan sangat murah. Kekayaan alam mereka diperlukan sebagai gudang persediaan bagi industri-industri Dajjalis. Kapan pun dibutuhkan mereka hanya perlu mengambilnya.
Selain itu, dengan Globalisasi, mereka dapat melakukan itu semua di depan pemimpin dan rakyat negeri miskin. Pemimpin tidak akan dapat mencegah tangan-tangan kuat mereka untuk merampas negerinya. Sebab,mereka pelindunga bagi segolonagan kaum kaya dari negeri-negeri Dajjal.
Kesewenang-wenangan negara kaya terhadap negara miskin, terjadi dengan begitu nyata. Untunganya, kebijakan utang luar negeri nagara kaya kepada negera-negara miskin dan berkembang, sempat membuat perselisihan Bank Dunia dan komunitas Gereja atholik. Gereja, termasuk Paus Paulus II, merasa sangat prihatin atas penjajahan nagara kaya dengan senjata uang yang diberikan kepada negara-negara miskin.
Disamping itu, penindasan buruh, eksploitasi buruh anak-anak, dan pembagian keuntungan ekonomi yang tidak adail semakin membuat uang negara-negara miskin berlarut-larut. Hal ini, menggugah otoritas rohaniawan gereja mengkritik kabijakan negara-negara adidaya. Mereka menyayangkan pengaruh globalisasi justru tidak mendatangkan keseimbagan ekonomi dunia. Bahkan sebaliknya, justru semakin membuat jurang perbudan semakin dalam. Hal tersebut, sebagaimana dikutip dari Konferensi di Lembeth, Inggris (1999) dan juga pidato Paus Paulus II pada perayaan Misa Buruh (2000)
Kebobrokan dan keegoisan sistem liberal dan kapitalis, semakin terkuak. ketika Joseph Stiglitz, staf ahli ekonomi Bank Dunia membuka aib institusi tempatnya bekerja. Dia mengataka bahawa Bank Dunia, berkolaborasi denga IMF atas dorongan pemerintah Amerika Serikat. Ia sangat menyasaliKonsensus Washington terhadap negara-negara miskin dan berkambang. Ia prihatin menyaksikan dahsyatnya kesengsaraan rakyat negara-negara korban IMF dan Bank Dunia yang menyamar sebagai malaika penolong nagara-nagara terkena kerisis keuangan . Lalu, atas keberanianya tersebut,Joseph harus rela kehilangan pekerjaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar